Nama :
I Ketut Restu Cahyadiarta
No/Kelas :
08/ XI IA1
SINOPSIS CERITA:
Hikayat Si Miskin
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja
keinderaan beserta permaisurinya dibuang dari keinderaan sehingga sengsara
hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti
dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah
di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu
dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan
sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan
menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam
tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia
menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan
keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin
menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan
menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda
berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa
mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan
hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon
mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya
menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandunga itu, lahirlah
anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (=anak di dalam kesukaran)
dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat
teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas
yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan
takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya.
Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan
Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian,
lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah
sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja
Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui
pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah
Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh
para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak
hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan
hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu
disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya
itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila
Kesuma berlindung di bawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk
dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah
dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh
Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya
menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia
hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya Chairani
(anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani
berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat
tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya
Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal.
Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya
Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal
itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah
Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan daun padi
karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar
dengan tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek
Kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah
bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang
menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.
Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja
Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beringin yang sedang
menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri,
maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya
yang telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya diciptakannya kembali
Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah,
yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya
yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan menggantikan mertuanya
itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.
UNSUR-UNSUR CERITA:
A.
Unsur Intrinsik dalam
Hikayat Si Miskin
1.
Tema:
§ Kunci
kesuksesan adalah kesabaran.
§ Perjalanan
hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan.
2.
Alur:
Menggunakan
alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal
permasalahan sampai akhir permasalahan.
3.
Setting/ Latar:
§ Setting
Tempat: Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi
Pantai Pulau Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Cahaya.
§ Setting
Suasana: tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan,
4.
Sudut Pandang Pengarang:
§ Orang
ketiga serba tahu.
5.
Amanat:
§ Seorang
pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
§ Janganlah
mudah terpengaruh dengan kata-kata oran lain.
§ Hadapilah
semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
§ Jangan
memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
§ Hendaknya
kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
§ Janganlah
kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
§ Hidup
dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya
dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
B.
Unsur
Ekstrinsik dalam Hikayat Si Miskin
1.
Nilai Moral
§ Kita
harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
§ Jangan
kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
2.
Nilai Budaya
§ Sebagai
seorang anak kita harus menghormati orang tua.
§ Hendaknya
seorang anak dapat berbakti pada orang tua.
3.
Nilai Sosial
§ Kita
harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan
tanpa rasa pamrih.
§ Hendaknya
kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
4.
Nilai Religius
§ Jangan
mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
§ Percayalah
pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
5.
Nilai Pendidikan
§ Kita
harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan
tanpa rasa pamrih.
§ Jangan
mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !