Tumbuhan lumut
merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta
(dari bahasa Yunani bryum,
"lumut").
Tumbuhan ini sudah menunjukkan
diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati.
Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar,
organ penyerap haranya adalah rizoid
(harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis.
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum
tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil
tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan
yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang
lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah
"lumut"
dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam
Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan
lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan
menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik,
sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari
Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk
lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya
Cibodas di Jawa Barat memiliki
"taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari
berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.
Pergiliran keturunan tumbuhan lumut
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran
keturunan dalam daur hidupnya. Apa
yang dikenal orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit
(tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x =
n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu
tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.
Sel-sel kelamin jantan (sel
sperma) dihasilkan dari anteridium dan
sel-sel kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua
organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan.
Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma berenang
(pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk
membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh
menjadi sporofit yang
tidak mandiri karena hidupnya disokong oleh gametofit.
Sporofit ini diploid (x =
2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit
akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung. Sporogonium
berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis.
Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu
berkas-berkas yang disebut protonema.
Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan
gametofit baru.
Peran
tumbuhan lumut dalam ekosistem
Tumbuhan lumut memiliki peran
dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya
yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.
Tumbuhan ini juga dikenal sebagai
tumbuhan perintis, mampu hidup di lingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada
umumnya.
Manfaat
tumbuhan lumut
Beberapa tumbuhan lumut
dimanfaatkan sebagai ornamen tata ruang. Beberapa spesies Sphagnum dapat
digunakan sebagai obat kulit dan mata.
Tumbuhan lumut yang tumbuh di
lantai hutan hujan membantu menahan erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu
menyerap air pada musim kemarau
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !